Nasi Goreng

Malam ini aku ke luar rumah dengan rasa lapar, aku bingung harus membeli apa untuk makan malam kali ini. Aku berjalan di sekitar rumahku dan menemukan seorang penjual nasi goreng. Lumayan banyak yang mengantri, karena lapar, aku langsung mengantri. Aku mengantri cukup lama. Tidak, bukan cukup lama, melainkan lama sekali. Aku mengantri sudah sekitar satu jam, bahkan sebentar lagi akan menjadi satu setengah jam. Setelah menunggu lagi, akhirnya aku mendapatkan nasi goreng yang kuinginkan. Aku tidak sabar untuk memakannya. Aku pun pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, aku bertemu dnegan seeekor burung pipit yang terbang. Hampir saja, burung itu hampir mengeluarkan tainya di atasku, aku langsung menghindarinya, dan benar saja burung itu mengeluarkannya di tempat aku berdiri tadi. "Nice timing. Hahaha," gumamku sambil tertawa kecil. Lalu aku melanjutkan perjalananku, dengan perut lapar, rasanya rumahku jauuuuh sekali. Padahal, rumahku hanya berjarak beberapa meter dari tempatku membeli nasi goreng. Karena tak tahan, aku pun langsung terduduk di atas tanah, di pinggir jalan, kemudian menyantapnya di situ. Saat akan menyantapnya, aku melihat seorang ibu denga anaknya yang membawa karungya di situ. Saat akan menyantapnya, aku melihat seorang ibu dengan anaknya yang membawa karung yang memancarkan aura SUSPICIOUS. Aku menghampiri ibu dan anak tersebut, sepertinya mereka adalah pemulung. Aku memberikan nasi goreng yang akan kusantap tadi, ibu itu langsung berterima kasih padaku. "Makasih banyak, ya, nduk... Cantik..," ucap ibu itu. "Eh.., bukan apa-apa, kok..!," ucapku. Ibu itu memberikan sebuah kotak yang berukuran agak sedang, aku bertanya karena bingung, "Maaf Bu, ini apa, ya?" tanyaku. "Itu imbalan unru ucapku. Ibu itu memberikan sebuah kotak yang berukuran agak sedang, aku bertanya karena bingung, "Maaf Bu, ini apa, ya?" tanyaku. "Itu imbalan untuk nasi goreng darimu. Terimalah. Ini hanya hadiah kecil..," jawab dan akupun menerimanya. "Terima kasih, Bu. Semoga nasi gorengnya bermanfaat." "Iya, nak..." Aku kemudian lanjut berjalan. Berjalan menuju rumahku. Saat sampai di rumah, aku merasa sangat lapar, sangat amat lapar. Aku meninggalkan kotak yang diberikan ibu tadi di meja ruang keluarga. Aku memasuki dapur dan melihat ada satu buah telur. Aku mengambil telur itu. Telur itu terasa berat dan cangkangnya juga sedikit SUSPICIOUS... Aku memutuskan untuk menggoreng telur tersebut. Ternyata telur itu berat karena di dalamnya ada 3 kuning telur. "Hah? Ini telor impor dari Ohio, Florida, atau isekai, deh? Aneh banget..!," batinku. Saat aku terkejut dengan telurnya, tiba-tiba aku mendengar retakan dari lantai. Saat aku melihat di bawah, seekor anak ayam? "Nak, kok kamu bisa netes dari perut bumi tuh gimana ceritanya? Njedhul dari dalem tanah terus ngancurin keramik rumahku...," ucapku dengan nada geram.. "Nak, kok kamu bisa netes dari perut bumi tuh gimana ceritanya? Njedhul dari dalem tanah terus ngancurin keramik rumahku...," ucapku dengan nada geram. Dari mana asal anak ayam ini? Aku segera mengambilnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, aku memberinya selimut untuk menghangatkan diri, kasihan sekali anak ayam ini. Tak lama kemudian, anak ayam bicara sepatah kata, "Perm.. inta- an..?," ucapnya dengan suara imut. "Maksudmu apa, anak kecil?" tanyaku. "Per...mintaan dali.. mu! Kamu pang- il aku. Un. Tuk. Per.. mintaan, kaan?!," sahutnya. " "Berapa permintaan yang boleh aku ajukan?" tanyaku dengan rasa kepo yang luar biasa. "Tiga," jawab anak ayam itu. Aku langsung menyebutkan nasi goreng pak Anto, nasi goreng SUPER LEJAT DAN BERGIJI PAK DEDEN, dan NasGor Mang Udin sebagai permintaan-permintaanku. "Ya ampun! K-kamu maruk sekali," ucap anak ayam itu. "Sudahlah, kabulkan saja! Kamu kenapa udah jago ngomong?" "Entah? Tiba-tiba lancar begitu saja~" "Hmm.., SUS." "Kamu... Siluman, ya?" tanyaku curiga. "Bukan! Kamu tadi sudah membantu ibu itu dan anaknya, aku akan memberikanmu 10 nasi goreng!" seru anak ayam iru. "Ya, deh. Cepet. AKU UDAH LAPER BANGET, PLIS!," seruku dengan ekspresi mau nangis kaya kebelet berak. "Sabar, dong! Mau yang pedes, ngga pedes, apa agak pedes?" tanya anak ayam. "Mana aja boleh! Tiga-tiganya juga gapapa, perutku ikhlas makan semuanya," jawabku. "... Oke...," ucap si anak ayam dengan nada orang pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Anak ayam itu menyuruhku untuk menutup mata, aku menutup mataku dan tiba-tiba sudah ada 3 nasi pedas, nasi goreng tidak pedas, dan nasi goreng agak pedas. Betapa bahagianya aku. Langsung saja, aku menyantap semuanya secara bergantian. "Hehe, mbadog dulu, dek," ucapku. Anak ayam itu langsung bicara, "Heh! Aku juga mau nasi goreng!" Aku menuju dapur dan mengambil piring, OH! Telurku! Aku juga mengambil telur yang tadi ku goreng. "Nih bagian nasi gorengmu," ucapku. "Oke, makasih, kak~," sahut si anak ayam. "Mmmh, enaknya~. Sisa nasi gorengku masih 7, kan?" "Iya, memangnya kamu mau nambah lagi?" tanya si anak ayam. "Tidak, satu untuk besok pagi, sarapan." "Terus, enam sisanya mau kamu makan habis ini?" "Iya, donk. Eh, ngga, mau kukasihin pengamen yang lewat. Biasanya ada yang lewat jam segini?" "Kamu baik sekali, aku akan memberikanmu bonus 5 nasi goreng lagi!" Anak ayam ini lucu tapi sedikit menjengkelkan. Ia terus memberiku nasi goreng seolah-olah itu semua bukan apa-apa baginya. Irinya~ "Bisa ganti jadi menu lain, ngga?" tanyaku. "Memangnya kenapa? Bukannya kamu suka nasi goreng?" tanya anak ayam. "Suka, sih... TAPI KALAU TIAP HARI MAKAN NASGOR YA ENEG!" "Sayangnya ga bisa. Karena sejak awal, pemrintaanmu adalah 'nasi goreng', bukan yang lain," jawab si anak ayam ngeselin itu. "Dasar anak ayam kurang ajar! Kalau udah gede ku goreng kamu nanti!" seruku pada anak ayam. "Aku tidak bisa menjadi ayam dewasa, ," jawab si anak ayam ngeselin itu. "Eh? Kenapa?," tanyaku dnegan penuh kekepoan. "Karena aku anak ayam ajaib!," jawab si anak ayam ngeselin itu. "Eh? Kenapa?," tanyaku dnegan penuh kekepoan. "Karena aku anak ayam ajaib!" jawab anak ayam dengan penuh semangat. "Iya, ajaib. Tapi pelitnya minta ampun!" "Ga gitu, kak. Aku juga punya batasan. Ga bisa kabulin smeua permintaanmu," sahutnya. "Oh, oke..." Aku sedikit kecewa mendengar jawaban si anak ayam. Setelah selesai makan, aku pergi tidur bersama dengan anak ayam ngeselin itu. Bisa-bisanya dia tidur di tengah-tengah kasurku! Memang dasar anak ayam kurang ajar. 'TOK-TOK', "Nak.., ibu sama bapak udah pulang~" GAWAT! Anak ayam ini harus ku apakan? Aku langsung menyelimuti diriku dan anak ayam, aku berpura-pura tidur. Oh tidak! 3 bungkus nasi goreng lupa belum ku buang, duh... Mampus aku! Keesokan hari, aku meminta 4 nasi goreng dari anak ayam itu. "Kamu masih ngotot minta nasgor, ya..?," begitulah respon si anak ayam setelah mendengar permintaanku. "Kali ini mau nasgor party sama temen-temen." Anak ayam itu memberiku empat nasi goreng, satu untuk aku, dua untuk orang tuaku, dan satu untuk anak ayam. Aku kembali meminta semua jatah nasi goreng. "Untuk apa?" tanya anak ayam. "Dibilangin buat temen-temen, kok! Sebenernya, si, empat mana cukup," aku ngotot minta tambahan. "Nanti kamu mau jawab apa jalsu ditanya dapat nasgor dari mana?" "Ya beli, lah!" Karena malas berbacot dengan si anak ayam. Anak ayam langsung memberikanku sisa semua nasi goreng yang berjumlah 8 bungkus. Aku pun pergi menemui kedua orang tuaku untuk memberikan mereka dua bungkus nasgor. Setelahnya, aku pamit pergi ke rumah salah seorang temanku. Sesampainya di sana, teman-temanku sudah berkumpul. Mereka langsung menanyaiku, "Mana nasgornya?" Dengan tatapan penuh kebingungan, aku menjawab, "Ini." "Kok banyak yang datang? Katamu cuma teman deket kita aja?" Salah seorang temanku pun menjawab pertanyaanku, "Yah.., kenapa engga?" "Apa nanti nasi gorengnya cukup? Aku hanya membawa 8 bungkus," tanyaku ragu. "Cukup, kok," jawab seorang temanku. Kita mulai menaruh nasi goreng di wadah dan memakannya beramai-ramai. Aku merasa sedikit tidak ikhlas. Hsrusnya bagianku lebih dari ini, namun.. karena yang datang lebih banyak, porsiku jadi lebih sedikit! Aku pulang dengan perasaan kecewa, bisa-bisanya temanku berbohong kalau yang datang hanya teman dekat saja. Huh! Aku memasuki rumah, aku ingin curhat dengan si anak ayam, tapi ke mana anak ayam ngeselin itu? Kucari di Aku pulang dengan perasaan kecewa, bisa-bisanya temanku berbohong kalau yang datang hanya teman dekat saja. Huh! Aku memasuki rumah, aku ingin curhat dengan si anak ayam, tapi ke mana anak ayam ngeselin itu? Kucari di seluruh ruangan, di seluruh sudut rumah, di seluruh rumah tetangga, juga tidak ada! Aku kemudian duduk di kasurku dengan lesu. Aku menunggu si anak ayam muncul sampai tengah malam, tapi anak ayam itu tetap tidak muncul. Aku tidur dengan rasa sedih. Yah, semoga anak ayam itu muncul lagi. Sampai akhirnya aku terbangun di pagi hari. "Masih belum muncul..." Aku berpikir, "Apa yang salah? Rasanya ada yang mengganjal? Tunggu. itu muncul lagi. Sampai akhirnya aku terbangun di pagi hari. "Masih belum muncul..." Aku berpikir, "Apa yang salah? Rasanya ada yang mengganjal." Aku bersiap-siap ke sekolah, lalu kemudian.. dalam perjalanan ke sekolah, aku kembali memikirkan si anak ayam. Apa yang salah? "Tunggu, sejak awal.. mana mungkin keajaiban seperti ini terjadilalu kemudian.. dalam perjalanan ke sekolah, aku kembali memikirkan si anak ayam. Apa yang salah? "Tunggu, sejak awal.. mana mungkin keajaiban seperti ini terjadi?" Aku langsung menuju kelas dan bertanya pada temanku, "Kemarin nasi gorengnya enak ngga?" "Hah? Nasi goreng apa?" Temanku terlihat kebingungan dengan pertanyaanku. Apakah semua itu hanya mimpiku?
Nasi Goreng
0

Writers
NaThat One Person
Publish Date
3/10/2023

0 Comment

Log in to add comment