Payung Hitam Ara
Siang itu, seperti biasa Ara menuju sekolah sambil membawa payung menuju sekolah sambil membawa payung hitam kesukaannya. Dalam perjalanan menuju sekolah Ara bertemu seorang pemuda yang menatap aneh dirinya. Seolah ia adalah sosok misterius dalam jubah hitam ingin melakukan tindakan kekerasan dengan indetitas pelajar. Namun Ara tak perduli. Ditatap seperti itu adalah hal yang biasa. Baginya payung itu adalah pelindungnya.
"Hoi, si gadis aneh sudah datang!" teriak Rio begitu Ara memasiki kelas.
Banyak pasang mata yang menatap aneh dirinya. Namun lagi-lagi Ara abai dan duduk dengan tenang di bangkunya.
"Heh, gadis aneh hebat juga kamu bisa bertahan sekolah disini. Ngapain sih bawa payung hitam itu mulu? Mau melayat? Hahahah." Tawa menggelegar di penjuru kelas. Wajah Ara memerah. Ia ingin membalas cemoohan yang dilontarkan padanya. Namun tiba-tiba...
"Awas!"
Ara membuka payungnya secara tiba-tiba. Ia ingin membunuh sosok di belakang Rio. Sosok perempuan berjubah putih dan berambut panjang disertai wajah yang menyeramkan.
Wush!
Sosok itu seketika menghilang.
"Apaan sih kamu Ra, mau buat onar? Mau balas cemoohan gue?"
"E-enggak, Yo." Ara gelagapan.
Rio menganggap tindakkan Ara aneh dan seperti mengejek dirinya. Ia pun mengambil payung hitam itu dan membantingnya ke lantai. Ara terkejut saat melihat payung hitamnya diinjak.
"Jangan!" Pekik Ara saat melihat payung hitamnya diinjak-injak dengan brutal.
Ara tba-tiba mundur dengan wajah ketakutan. Berbagai macam penampakan melintas di hadapannya dengan wajah menyeramkan, darah mengalir dari tubuh mereka menguarkan bau amis. Ara semakin ketakutan.
"Aaaaakkkhh, STOP! Jangan pernah ganggu aku!" jerit Ara.
Ketika Ara membuka mata, mereka menatap Ara dengan perasaan yang takut sekaligus aneh.
Mata Ara tertuju kepada Rio yang ketakutan saat memegang payung hitamnya yang terbuka. Gadis itu terharu. Rio telah menolongnya dari para sosok misterius yang selalu membuat perasaannya takut
"Te-terima kasih, Rio," ucap Ara sambil tersenyum tipis.
"Hah? Terima kasih? Memang gue habis melakukan tindakan terpuji apa sampai lo berterima kasih sama gue."
"Terima kasih sudah membuka payung itu. Terima kasih sudah mau menolongku."
"Hah!" Whatever, gue gak peduli." Rio melemparkan payung itu pada Ara dengan kasar. Lantas keluar kelas tanpa aba-aba.
Sekali lagi Ara tersenyum dalam diamnya. Ia merasa bahwa Rio sedikit peduli padanya walaupun sikapnya sangat tidak terpuji.
"Ra, lo kenapa sih selalu bawa payung?" tanya Ida padanya.
"Mm itu, kamu gak perlu tahu, Da." ujar Ara pada Ida yang selalu ingin tahu tentang kehiduoan Ara
Selama belasan tahun hidup, Ara tak pernah membeberkan rahasianya di depan umum. Hidup dengan kemampuan melihat makhluk tak kasat mata membuatnya enggan berbaur dengan banyak teman sebayanya. Itulah sebabnya ia sering dikucilkan dan dirisak.
"Tapi, Ra kamu kok kayak ketakutan banget tadi. Kamu lihat sesuatu?"
"Iya, ada sesuatu yang sebaiknya tak perlu kamu tahu، Da."
"Hm. Baiklah. Aku diam."
Tidak semuanya bisa kuceritakan padamu Da. Termasuk kemampuanku yang tak biasa ini. Aku tak mau mereka yang s. Termasuk kemampuanku yang tak biasa ini. Aku tak mau mereka yang mengucilkanku semakin membenci dan menjauhiku. Biarkanlah aku yg merasakan di bully oleh mereka
Ara mengambil payungnya lalu mrngusapnya dengan pelan. Payung hitam ini tidak boleh jatuh pada tangan orang yang salah. Namun Rio telah memegangnya. Semoga ia tidak mengalami apa yang telah menjadi mimpi buruk Ara selama ini.
"Heh, Ara kamu jangan sok berkuasanya di kelas iningk."
Ara terkejut karena Rio tiba-tiba memasuki kelas dan menuduhnya sok berkuasa.
"A-akuu tidak merasa seperti itu, Yo."
"Gue peringatkan. Jangan pernah melakukan hal aneh di kelas ini termasuk bawa-bawa payung hitam jelek lo ini!" Tunjuknya pada payung hitam milik Ara.
"Payung hitamku tidak menganggu kegiatanmu."
"Jangan membalas perkataanku," gertaknya membuat Ara seketika menunduk."
"Lo nggak lupakan siapa pemilik payung ini?" Selidiknya. Kening Ara berkerut bingung.
Ara kembali mengingat kejadian waktu kecil. Peristiwa dimana untuk pertama kali dirinya bertemu dengan sosok kakek yang baik hati dan memberikannya payung hitam itu untuk mengusir hantu yang mengganggunya.
"Maksud kamu gimana, " tanya Ara masih bingung.
"Mulai sekarang, aku yang akan melindungimu dari mereka yang membullymu di sekolah."
"Hah?"
"Rahasia kamu aman samaku, Ra. Jadi, kamu jangan merasa kia kamu aman samaku, Ra. Jadi, kamu jangan merasa keketakutan saat mereka membullymu."
Ara merasakan ada yang nggak beres dengan Rio. Sejak kapan dia peduli sama Ara.
"Lo kenapa liatin gue begitu, Ra?"
"Aku butuh penjelasan yang lebih, Rio."
"Ikut gue ke belakanlakaSiang itu, seperti biasa Ara menuju sekolah sambil membawa payung menuju sekolah sambil membawa payung hitam kesukaannya. Dalam perjalanan menuju sekolah Ara bertemu seorang pemuda yang menatap aneh dirinya. Seolah ia adalah sosok misterius dalam jubah hitam ingin melakukan tindakan kekerasan dengan indetitas pelajar. Namun Ara tak perduli. Ditatap seperti itu adalah hal yang biasa. Baginya payung itu adalah pelindungnya.
"Hoi, si gadis aneh sudah datang!" teriak Rio begitu Ara memasiki kelas.
Banyak pasang mata yang menatap aneh dirinya. Namun lagi-lagi Ara abai dan duduk dengan tenang di bangkunya.
"Heh, gadis aneh hebat juga kamu bisa bertahan sekolah disini. Ngapain sih bawa payung hitam itu mulu? Mau melayat? Hahahah." Tawa menggelegar di penjuru kelas. Wajah Ara memerah. Ia ingin membalas cemoohan yang dilontarkan padanya. Namun tiba-tiba...
"Awas!"
Ara membuka payungnya secara tiba-tiba. Ia ingin membunuh sosok di belakang Rio. Sosok perempuan berjubah putih dan berambut panjang disertai wajah yang menyeramkan.
Wush!
Sosok itu seketika menghilang.
"Apaan sih kamu Ra, mau buat onar? Mau balas cemoohan gue?"
"E-enggak, Yo." Ara gelagapan.
Rio menganggap tindakkan Ara aneh dan seperti mengejek dirinya. Ia pun mengambil payung hitam itu dan membantingnya ke lantai. Ara terkejut saat melihat payung hitamnya diinjak.
"Jangan!" Pekik Ara saat melihat payung hitamnya diinjak-injak dengan brutal.
Ara tba-tiba mundur dengan wajah ketakutan. Berbagai macam penampakan melintas di hadapannya dengan wajah menyeramkan, darah mengalir dari tubuh mereka menguarkan bau amis. Ara semakin ketakutan.
"Aaaaakkkhh, STOP! Jangan pernah ganggu aku!" jerit Ara.
Ketika Ara membuka mata, mereka menatap Ara dengan perasaan yang takut sekaligus aneh.
Mata Ara tertuju kepada Rio yang ketakutan saat memegang payung hitamnya yang terbuka. Gadis itu terharu. Rio telah menolongnya dari para sosok misterius yang selalu membuat perasaannya takut
"Te-terima kasih, Rio," ucap Ara sambil tersenyum tipis.
"Hah? Terima kasih? Memang gue habis melakukan tindakan terpuji apa sampai lo berterima kasih sama gue."
"Terima kasih sudah membuka payung itu. Terima kasih sudah mau menolongku."
"Hah!" Whatever, gue gak peduli." Rio melemparkan payung itu pada Ara dengan kasar. Lantas keluar kelas tanpa aba-aba.
Sekali lagi Ara tersenyum dalam diamnya. Ia merasa bahwa Rio sedikit peduli padanya walaupun sikapnya sangat tidak terpuji.
"Ra, lo kenapa sih selalu bawa payung?" tanya Ida padanya.
"Mm itu, kamu gak perlu tahu, Da." ujar Ara pada Ida yang selalu ingin tahu tentang kehiduoan Ara
Selama belasan tahun hidup, Ara tak pernah membeberkan rahasianya di depan umum. Hidup dengan kemampuan melihat makhluk tak kasat mata membuatnya enggan berbaur dengan banyak teman sebayanya. Itulah sebabnya ia sering dikucilkan dan dirisak.
"Tapi, Ra kamu kok kayak ketakutan banget tadi. Kamu lihat sesuatu?"
"Iya, ada sesuatu yang sebaiknya tak perlu kamu tahu، Da."
"Hm. Baiklah. Aku diam."
Tidak semuanya bisa kuceritakan padamu Da. Termasuk kemampuanku yang tak biasa ini. Aku tak mau mereka yang s. Termasuk kemampuanku yang tak biasa ini. Aku tak mau mereka yang mengucilkanku semakin membenci dan menjauhiku. Biarkanlah aku yg merasakan di bully oleh mereka
Ara mengambil payungnya lalu mrngusapnya dengan pelan. Payung hitam ini tidak boleh jatuh pada tangan orang yang salah. Namun Rio telah memegangnya. Semoga ia tidak mengalami apa yang telah menjadi mimpi buruk Ara selama ini.
"Heh, Ara kamu jangan sok berkuasanya di kelas iningk."
Ara terkejut karena Rio tiba-tiba memasuki kelas dan menuduhnya sok berkuasa.
"A-akuu tidak merasa seperti itu, Yo."
"Gue peringatkan. Jangan pernah melakukan hal aneh di kelas ini termasuk bawa-bawa payung hitam jelek lo ini!" Tunjuknya pada payung hitam milik Ara.
"Payung hitamku tidak menganggu kegiatanmu."
"Jangan membalas perkataanku," gertaknya membuat Ara seketika menunduk."
"Lo nggak lupakan siapa pemilik payung ini?" Selidiknya. Kening Ara berkerut bingung.
Ara kembali mengingat kejadian waktu kecil. Peristiwa dimana untuk pertama kali dirinya bertemu dengan sosok kakek yang baik hati dan memberikannya payung hitam itu untuk mengusir hantu yang mengganggunya.
"Maksud kamu gimana, " tanya Ara masih bingung.
"Mulai sekarang, aku yang akan melindungimu dari mereka yang membullymu di sekolah."
"Hah?"
"Rahasia kamu aman samaku, Ra. Jadi, kamu jangan merasa kia kamu aman samaku, Ra. Jadi, kamu jangan merasa keketakutan saat mereka membullymu."
Ara merasakan ada yang nggak beres dengan Rio. Sejak kapan dia peduli sama Ara.
"Lo kenapa liatin gue begitu, Ra?"
"Aku butuh penjelasan yang lebih, Rio."
"Ikut gue ke belakang sekolah sekarang, ada sesuatu yang harus kita bicarakan."
"Kamu nggak ada niat buruk sama aku kan Rio?"
"Gue nggak pernah ada niatan buruk sama lo, Ra.
0
Payung Hitam Ara
0
Writers
Publish Date
2/10/2023
0 Comment
Log in to add comment