The Untold Truth

Apatis. Reno enggan menyatakan apa yang sebenar-benarnya ia rasakan, karena hatinya sudah apatite. Lidahnya kelu, pikirannya kosong membeku. Ia membayangkan jika orang-orang di sekitarnya menolak eksistensinya. Tapi, realita bukan seperti apa yang ada dalam skenario kepalanya. Di kepalanya terlintas sebuah skema, apakah dia yang merasa jauh ataukah memang dia yang menjauh, merenggangkan jarak di antara sekumpulan orang tersebut. Kadang kala ingin rasanya Reno membaur dengan kawan sebayanya. Namun, hatinya mengatakan tidak. Ia terlalu khawatir dengan atmosfer lingkup pertemanannya yang terlanjur jauh dari minat dan bakat yang Reno miliki. Tidak ada orang yang memahami, tidak ada orang yang satu kepala dengannya. Rasa tulusnya ketika mengayunkan tongkat pada biola kesayangannya, menghasilkan melodi dan nada indah yang padu. “Lelah, ketika Ibu dan Ayah harus memaksaku untuk mencintai alat musik tersebut." Nada hampa dan penuh perasaan semu membludak di ulu hatinya. Andai jemarinya bisa bebas bergerak di atas nota piano dengan piawainya. Keinginan hatinya yang sukar untuk disampaikan, terkubur dalam-dalam bersama mimpinya yaitu menjadi seorang pianist handal. Namun matanya dibutakan oleh perintah dan tuntutan dari orang-orang sekitarnya, menjebak Reno dalam labirin tak berujung dan mengunci dirinya sehingga ia merasa sepi dan sendiri. Reno hanya butuh telinga untuk mendengarkan kisah-kidahnya. Tapi tak menutupi fakta pula bahwa Reno pun mengandai bila telinga orang lain dapat menerima melodi pianonya. Pada akhirnya, semua hanya sekedar angan dan keinginan faktisius belaka. Di sini, hati dan mulut Reno tertutup erat-erat untuk menyuarakan melodinya.
The Untold Truth
0

Writers
raicassie
Publish Date
2/9/2023

0 Comment

Log in to add comment