Kisah Kemarin?
Sore itu, semenjak kepergian adekku, aku tinggal sendirian di gubuk tua.
"Ibu, boleh aku bantu?" Ujar anak perempuan.
Seila, anak perempuan yang duduk di Bangku SMA. Tidak seperti remaja seusianya, ia selalu di rumah membantu ibunya saat tidak sekolah karena keterbatasan ekonomi yang mengharuskan ibunya berjualan setiap hari.
"Boleh nak. Sini. Bantu ibu mengupas kentang ini" Jawab ibu sambil mengelus kepala Seila yang berada disampingnya.
"Ibu, kalo aku udah lulus, aku boleh kuliah kan? Kata temanku, kalo kuliah harus butuh uang bu. Aku pengen jadi Dosen bu, untuk ngajarin adek-adek diluar sana bu, GRATIS JUGA BOLEH."
"Kalau begitu dari mana kamu mendapatkan uang, nak? Begini saja ibu sudah susah. Kamu kubur saja mimpi mu itu, ibu tidak yakin sanggup membayarnya."
"TAPI BU KITA HARUS SEKOLAH SETINGGI-TINGGINYA KAN?!"
"Iya nak, niatmu bagus sekali, cuman uangnya itu loh yo."
"Gapapa bu, aku kan udah gede nih, nah aku mau bantu teman aku juga bu yang punya satu toko. Disana aku bisa menjaga tokonya sepulang sekolah sampai malam."
"Ndak bahaya yoh Nak?"
"Nggak bu, aku yakin. Aku akan bawa pisau dan semprotan cabai di tas ku nanti."
Ibu menghela nafas pasrah. Bagaimana bisa Ia membiarkan anak gadisnya diluar rumah saat malam hari? Hatinya sungguh tak tenang.
"Biar aku urus bu orang-orang yang ganggu Seila. Kan ibu pernah ngajarin aku untuk lindungi diri."
(Senyum tipis ibu, membuat Seila bersemangat menjalankan hari esoknya)
Senin, waktu libur telah selesai. Kini Seila kembali kepada kebiasaannya disekolah.
"Gimana Sei? Lo jadi kan kerja di toko itu? Temenin gue lah jaga toko itu. Agak serem soalnya kalo malem"
"Siap! Aku udah minta izin ibu ku kok! Kapan aku bisa mulai kerja nih?"
"Pulang sekolah nanti ikut gue aja. Ketemu ortu gue sekalian minta izin mereka. Gapapa kan?"
"Gapapa, malah aku seneng toh. Hehe"
"Kantin yuk"
Asri adalah teman dekat Seila. Anak yang sopan serta royal kepada Seila, dia sederhana tetapi hidupnya penuh makna (kata Seila).
(Pulang sekolah)
"Mah, pah. Ini loh temen ku yang mau nemenin aku di toko itu."
"Memang kamu gapapa nak? Pulang malam-malam? Daerah rawan loh."
"Gapapa buk. InsyaAllah aku siap. Aku juga punya perbekalan kok"
"Oh ya, kenalin ini abangnya Asri, dia sekarang bekerja di bengkel diujung itu. Sekalian bantu ibu sambil mengisi kosongnya waktu kuliah"
"Eh Sri, kamu ga pernah bilang punya abang" (bisik Seila ke Asri)
"Sttt udah. Jangan suka sama dia. Ga ada baik-baiknya dia sama adek sendiri."
"Hahahaha, btw aku dapet bonus kan kalau lembur?" Seila menjentikkan jarinya.
"Ya dapetlah, santai aja Seila."
Mata Seila tertuju kepada abangnya Asri yang membawakan dua cangkir kopi dan setoples biskuit menuju mereka berdua.
"Nih minum, abang buatin"
"Ih tumben lo baik, biasanya kaga pernah."
"Gapapa atuh sri, makasih yah bang."
Asri cepat menangkap maksud abangnya. Seutas senyum usil terukir di wajahnya.
"Aduh bang. Aku mau ke belakang bentaran ya. Tolong temani Seila.
"Gak ah, sibuk."
Asri pun segera kebelakang, yang kebetulan ibunya memanggil namanya.
"Sri, tungguin, mo ikut, malu lah" (bisik Seila ke Asri)
"Bentar yah bang, bentar bu"
Tinggallah mereka berdua, Seila dan Abang Asri. Seila adalah gadis yang pemalu, dia sangay tertutup dengan seorang laki-laki.
"Duh Asri malesin banget dah."
"Maaf ya bang, gara-gara aku, abang mesti nunggu disini."
"Ga usah minta maaf. Emang gue kerja disini kan. Kita kerja sama-sama."
(Malam pun tiba)
Seila dan Asri nampak sedang berbincang-bincang mengenai tugas mereka besok.
"Sri, mo pulang yah, kasian ibu dirumah"
"Oh, cepet banget La, bentar"
(Mengambil sebuah uang didalam dompet ibunya)
"Nih, bentar"
"Bang, temenin Seila pulang nih"
"Ogah banget."
Abang Seila bergegas mengambil jaketnya.
"Ogah begitu tetep bawa jaket. Maksud Lo apaan?"
"Apaan si? Udahla. Yok" abang Asri mengajak Seila pulang.
"Eh? Oh, gitu ya lo, sama adek sendiri gapernah dianterin, giliran ama kawan gue lo mau nganternya."
"Eh gausah bang, aku pulang sendiri aja."
"Yakin La? Gapapa biar abang gue temenin yah, ampe depan ajah, bentar aku tempelin CCTV dimukanya."
"Waduh Lo pikir gue apaan?"
Seila berusaha kabur. Takut memberatkan mereka berdua. Tapi tetap tersusul Iki, abang Asri.
"Ngeeri cewek malam-malam sendiri, biar abang temenin yah, abang janji bakal jagain dan ga ngapa ngapain."
"Yaudah deh bang, makasih yah. Jaga jaraknya bang, 1 meter yah bang"
"Iya iya"
Diperjalanan yang gelap, hanya disinari cahaya rembulan yang terang dan dihiasi bintang yang mengkilap.
"Jauh yak? Kok dari tadi ga sampe?"
Seila hanya diam.
"Seila? Halo? Masih hidup kan?"
Seila tetap diam.
"Sei? Ga lucu..."
(Kring kring, ayaya joni makan petai)
Bunyi HP abang Iki
"Bang Seila udah sampe belom?"
"Sei, ditanyain nih? Dia diam mulu Sri, ngapain yah?"
"Hayolo abang, itu lo ama siapa???"
"Oi jangan nakutin lah, Sri!!!!" (HP Sri mematikan panggilan sepihak)
"Ah sial!"
"Hahahahahaha khkhkhkh" terdengar sayup suara wanita tertawa.
Iki melihat ke sebelahnya. Melambaikan tangan di depan wajah Seila.
"Hahahahahahaha"
"Bang, udah sampe nih"
"Eh, Astaghfirullah Sei, kenapa kamu gabilang."
"Abang tadi ngelamun liatin Seila mulu sih, makanya Seila malu."
"Udah pulang nak?" Ucap ibu Seila dibalik Tirai
"Itu siapa nak?" (Ibu pun membuka pintu dan menghampiri anaknya itu)
"Abangnya Asri Bu."
"Oalah kirain pacar kamu hihi. Cakep, tinggi, gagah begini. Ibu suka"
"Apasi buk. Maluu tauuu"
"Makasih ya nak. Namanya siapa?"
"Iki, Bu."
"Oh. Makasih ya nak Iki"
"Sama-sama bu, izin balik ya bu dan juga Seila. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Ayo nak masuk"
"Gimana nak hari ini?"
"Sangat menyenangkan bu, aku diterima dengan baik oleh keluarga Asri, ramah banget bu. Bahkan disediakan makan juga siang tadi."
"Duh? Berarti kamu ga makan malam? Gimana kalau kamu sakit nak?"
"Aku sengaja ga makan soalnya udah kangen masakan ibu. Pengen banget! Ibu masak apa?" Seila merangkul ibunya menuntun ke arah meja makan.
"Menu spesial, tempe goreng dan sambal kesukaan kamu."
"Wahhh, enak banget pasti bu, terimakasih yah bu. Oh iya, tadi ibu Asri nitip salam dan nitip laok juga nih bu."
"Apa ini nak, wah ayam kesukaan ibu, ayam sambal kecap. Besok ibu panasin ya. Lumayan lauk untuk besok."
"Iya Bu. Seila mau selesaikan makan dulu yaa"
Ibu mengelus rambut anaknya. "Ibu tidur dulu ya. Besok harus berjualan lagi"
"Okeyy ibu, Seila mau ngerjain tugas dulu bu, baru tidur"
(Pagi pun tiba)
"Selamat pagi bestieku terlop lop"
"Pageee, ada apo La?" Ucap Asri yang matanya kelihatan bersinar pagi ini.
"Ibu ku titip salam dan terimakasih untuk orangtua mu. Sekalian ibu kasih beberapa kue buatannya untuk kamu. Ibuku seneng banget soalnya."
"Wahh kue ibu mu! Udah lama ga makan. Makasih yahh La. Btw, abang aku ga ganggu kamu kan?"
"Hahahah, malahan abang kamu yang aku ganggu, dia ketakutan semalam."
"Jangan cuek gitu lah La, abangku tuh suka sama lo."
"Becanda aja Sri, kamu ga dukung aku buat gamau deket ama cowok lagi kan kemarin?"
"Gapapa lah, ini Makasih yahh La. Btw, abang aku ga ganggu kamu kan?"
"Hahahah, malahan abang kamu yang aku ganggu, dia ketakutan semalam."
"Jangan cuek gitu lah La, abangku tuh suka sama lo."
"Becanda aja Sri, kamu ga dukung aku buat gamau deket ama cowok lagi kan kemarin?"
"Gapapa lah, ini abang ku loh."
"Eeee, aku mau kekelas dulu yah, bye bye Sri."
(Pulang sekolah)
Jalan sama-sama yuk kerumah ku. Nanti kita makan siang dulu.
"Ini gapapa aku makan disitu terus? Duh gimana kalau gaji ku dipotong hahaha"
"Ih kamu ni, ga mungkin lah."
Berjalanlah mereka menuju rumah Asri. Tibalah disana, toko Asri tampak sepi.
"Bu, mana abang?"
"Abangmu kuliah nak."
"Ouh, okeeeh bu, bentar yah, duduk disini."
"Ini gimana yah, kalo ada abang Iki disini. Ga enak banget."
"Kedengeran tau. Segitunya ga suka sama gue."
"Loh bang? Ga kuliah?"
"Si dosen ganti jadwal ck"
Seila malu. Omongannya terdengar Iki.
"Kamu katanya mau kuliah yah?"
"Eee, iya, cuman, eeee"
"Cuman apa?"
"Ini Sei minumannya. Loh abang, ngapain lo pulang?!!!"
"Ih sibuk amat sih lu, dosen abang bolos ke kebun binatang noh. Udahla gue lagi ngomong sama Seila ini. Anak pungut ga diajak."
"Cuma apa?"
"Masalah internal sih. Abang ga perlu tau juga. "
"Bu, abang yang jaga toko, aku ama Seila mau main kerumah Seila. Assalamu'alaikum."
"Woi tunggu"
Berjalanlah Seila dan Asri, berbincang masalah pendidikan mereka kedepan. Tibalah dirumah Seila, kini ibu Seila yang menyambut dengan penuh suka cita.
"Aduh ada nak Asri. Gimana kabarnya? Kue ibu enak gak?"
"Wah Alhamdulillah Bu. Enak banget kue ibu."
"Buk. Ini anaknya loh depan mata ga disapa."
"Ibu cape liat kamu. Gak mau mandi dulu napa? Nanti ibu sapa."
"Iya deh bu, yok masuk Sri, maaf yah."
Asri melihat interior rumah Seila yang begitu lusuh dan usang
"Seila bersyukur banget yah tinggal disini"
"Alhamdulillah Sri, rumah ini satu-satunya harta barang kami. Makanya aku berusaha ambil kerjaan di kamu biar bisa kuliah dari pada jual rumah ini."
"Kamu kok ga cerita... Aku kan bisa bantu kamu bayar kuliah."
"Ngga ih. Malu."
"Yah gapapa sih, eee" (kring....)
HP Asri berbunyi.
"Ibu?"
"Nak pulang yah, abangmu minta temenin nih, dia mau kuliah katanya."
"Ih boong bu, ini udah jam berapa, masa kuliah?"
"WOI PULANG GAK LO?!" tiba-tiba Iki berteriak di sebrang telepon.
"GUE ADA RAPAT ORGANISASI NIH!"
"iya-iya ck ah. Bentaran."
Asri beranjak dari duduknya. Segera pamit lah ia dengan ibu dan Seila.
"Bu izin pamit yah, abang dan ibu udah nyuruh pulang, La, besok kita ketemu lagi ditoko yah."
"Okeeyyyy Sri."
"Hati-hati dijalan nak."
0
Kisah Kemarin?
0
Writers
Publish Date
1/15/2023
0 Comment
Log in to add comment