Senja dan Kenangan
Di suatu sore yang cerah, aku duduk termenung di atap rumah. Menatap mentari yang hendak menenggelamkan dirinya. Termenung, menikmati indahnya senja ini. Ditemani oleh semilir angin yang segar di sore hari, membuat jiwa ragaku ingin ngiffeeee ahay. Aku teringat akan sebuah kenangan. Kenangan yang membuatku selalu terbayang. Aku ingat betapa memalukannya diriku saat pargoy di depan pancuran
Layaknya ikan nemo yang menghiasi awan yang melayang di samudra pasifik, aku pun berdendang lagu kopi dangdut. Huhh.. tenang rasanya. Senja ini membuatku ingin curanmor.
Ya, begitulah kenanganku. Aku ingin mengulanginya lagi. Maka dari itu, aku turun dari atap rumah dan langsung mencari orang rumah untuk ku nikahi. Nikah? ya benar. Aku menikahi adikku yang berusia 10 tahun. "Dek, ayo main latto latto", tanyaku. Kemudian ia menjawab,"hayukkk papale papale". Aku mengiyakan.
Tak terasa, kita main hingga larut malam. Aku yang tak terima kalah langsung menghajar istriku, yaitu adikku sendiri. "Hey berikan mainan itu" Aku mengambil paksa mainan ditangannya. Kuhajar kepalanya hingga membiru. Dan tak disangka, BAPAKKU! IKUT MENGHAJAR!. Aku tidak habis pikir. Melihat kejadian itu, aku langsung melerai orang orang itu. Huh! kalian sama saja.
Aku kembali keluar, dan langsung memanjat atap rumah lagi untuk ngemil genteng yang ada disana. Rasanya nikmat, tak pernah aku merasakan hal yang nikmat seperti ini. Ya inilah kisahku, sungguh lika liku. Inginku berteriak "Tolong!! Tolong!! Ada serigala disini!!". Sudah sampai kita di akhir cerita. Amanatnya yaitu, kita harus tetap memanjat didalam keadaan apapun. bijaklah dalam memilih lauk. Sekian. ♤
0
Senja dan Kenangan
0
Writers
Publish Date
12/24/2022
0 Comment
Log in to add comment