Sabtu Itu

Nasib puntung rokok bermerek Marlboro sore itu menyedihkan karena harus diinjak oleh Nando yang kepincut sama cewek yang barusan masuk. Aroma parfum lavender cukup bikin Nando gak mau ngehirup asap rokoknya tadi. Bibir merahnya sanggup buatnya melirik wanita dengan pakaian yang zaman ini disebut 'kalcer'. "Najis, malah ngelihatin cewek," gumam Hosea. Tangannya yang juga menggenggam rokok hampir siap membakar baju Nando dengan api yang masih tersulut. "5 menit lagi, lho, ya. Tak tunggu di dalem," jelas Hosea dengan nada ketus biasanya. "Iya, iya." Bahunya bersandar lagi pada tembok putih kafe yang mulai mengelupas. Bisa dipastikan jaket denimnya terkena residu tembok itu. Dan sekarang, ia menyesal telah menginjak rokok yang masih bisa ia hisap nikmatnya. Langkah kaki Nando tertimpa oleh kerumunan kafe yang cukup ramai. Dengan pakaian kaos hitam, jaket dan celana denimnya, tidak akan ada yang menyangka kalau dirinya akan tampil sebagai kibordis di konser kecil-kecilan sore ini. Hosea dan sepasang sepupu sudah siap di panggung kecil yang disiapkan pihak kafe. Suara menggema dari gitar dan bass yang tengah distem memenuhi ruangan yang tak kalah berisik oleh pengunjung yang kunjung berdatangan menjelang petang, saling beradu bising. Nando naik ke panggung dengan kedua tangan berada di dalam sakunya. Ketiga pasang mata temannya itu sudah di ujung kelopak mata melihat kedatangan si kibordis itu. "Habis PDKT sama siapa lagi ini?" singgung Arya dengan mulut kompornya itu. "Bukannya lu kemarin baru nebengin anak FIB, ya?" Dea menambahi. "Wong sudah berpawang, Mbak." Nando sudah siap dengan keyboard-nya, dengan pengaturan yang sebenarnya sudah disiapkan dari awal. "MC siapa?" tanya Dea berinisiatif. "Hompimpa wae," celetuk si sepupu, jarang kalau Arya tidak memberi ide out of the blue. Dan anehnya, mereka berempat juga tidak pernah menentang ide-idenya itu. "Hompimpa alaium gambreng," seru mereka berempat serentak, kali ini tidak seramai biasanya. "Najes, kok guaaa.." keluh Hosea dengan tangannya yang menunjukkan telapak, saat yang lain menunjukkan punggung tangan. Ketiganya langsung memasang ekspresi meledek, meninggalkan Hosea di depan stand mic ke posisinya masing-masing. Penonton kali ini dipenuhi kerabat keempatnya, yang paling mencuri perhatian Nando adalah si cewek 'kalcer' yang tadi membuatnya buang rokok kesayangannya itu. Semoga, reaksi si gadis cukup apresiatif untuk menutupi penyesalannya tadi. "Tes, tes," ujar Hosea mencoba menggaet perhatian para penonton di depan pelupuk matanya. Meski tahu mikrofon itu berfungsi dengan baik. "Eh, ini ngomong apa ini?" ucap Hosea, sengaja demi mengundang tawa. Deretan giginya terpampang jelas saat melihat penonton mulai menoleh. "Nah, selamat sore—menjelang malam semuanya." tutur si jangkung itu sambil menaikkan stand mikrofon di hadapannya. Seruan sapa malam itu memenuhi kafe, membalas pembuka formalitas Hosea beberapa detik lalu. "Ada yang tahu kita siapa?" tanya MC sok lugu, padahal sudah jelas muka-muka para penonton ini sudah familiar dan dikenal oleh anggota band itu—orang mereka yang mengundang mereka secara pribadi. Semua pengunjung menjawab 'tahu', kecuali si gadis yang diperhatikan Nando dari awal waktu.
Sabtu Itu
0

Writers
étoilePesona Ranjang
Publish Date
11/26/2025

0 Comment

Log in to add comment