Hewan Jahat?

"Aku nggak suka harimau. Harimau itu jahat, suka makan hewan-hewan lain," kata Eko. "Eko, nggak ada hewan yang jahat. Sini, deh, Kakak ajak kamu jalan-jalan," balas Logi, kakak Eko. Singkat cerita, Eko setuju untuk berjalan-jalan bersama Logi. Ia tidak tahu ke mana ia akan dibawa, namun ia percaya pada kakaknya. Ia yakin... "Pasti bakal seru!" Ternyata, Logi mengajak Eko ke sawah. "Kok jalan-jalan ke sawah?," tanya Eko. Sambil tersenyum, Logi menyahut, "Coba lihat burung itu, Eko." Logi menunjuk pada burung hantu yang sedang bertengger di sebuah pohon dekat sawah. "Kenapa burungnya?," tanya Eko, bingung dan penasaran. "Burung hantu itu setiap hari memangsa tikus-tikus. Menurutmu, dia jahat, nggak?" Eko menjawab, "Enggak. Kan burung hantunya bantuin Pak Tani." Logi tertawa kecil, kemudian kembali bertanya, "Berarti, tikus-tikusnya yang jahat?" "Iya, kan mereka makan padi!," sahut Eko dengan percaya diri. Logi kembali tertawa. "Gini, Eko. Burung hantu itu memangsa tikus, karena memang tikus itu makanannya. Sama kayak burung hantu, tikus-tikus di sawah memakan padi karena padi itu tanamannya. Eko dan Kakak kan juga makan padi," jelas Logi. Eko terdiam, bingung bagaimana harus membalas. "Haha. Eko, hewan-hewan memangsa makhluk hidup lain untuk bertahan hidup. Sama seperti kita! Kalau hewan-hewan itu jahat, berarti kita juga jahat, dong?," lanjut Logi dengan penjelasannya. "...Tapi, aku lihat ada hewan-hewan yang bertarung. Bukan mau makan, cuma bertarung. Berarti ada hewan yang jahat, kan?," tanya Eko. "Wah, pertanyaanmu bagus! Jadi gini, hewan itu nggak sama dengan kita, Eko," jawab Logy. "Eko juga tahu," sahut Eko, memotong ucapan kakaknya. Logi tersenyum sambil mengusap kepala Eko. "Dengar penjelasan Kakak dulu ya, Eko. Yang Kakak maksud, hewan-hewan itu tidak mempunyai akal seperti manusia. Mereka tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka bertindak sesuai naluri," jelas Logi. "Naluri?," tanya Eko, kebingungan. "Hmm, naluri itu maksudnya... perilaku mereka dilakukan tanpa diajarkan, atau langsung bisa. Otomatis, gitu. Oh! Kayak kalo kita dikejar bahaya, terus otomatis kabur! Kita kan nggak mikir dulu." "Oh! Berarti kita juga punya nulari?," tanya Eko. "Nulari? 'Naluri', Eko. Iya, kita punya naluri," jawab Logi. Ia melanjutkan, "Nah, hewan-hewan yang kamu kira jahat, mereka itu bertarung karena naluri. Naluri mereka ngasih tahu kalo mereka harus bertarung biar makanannya nggak direbut, atau juga biar tempat tinggalnya aman. Mereka bertarung buat bertahan hidup. Jadi, pokoknya nggak ada hewan yang 'baik', dan nggak ada juga yang 'jahat'." Eko kembali bertanya, "Berarti anjing itu jagain pemiliknya karena naluri?" Dengan senyum lebar, Logi menjawab, "Iya, betul! Adikku pinter banget, ya. Coba tebak, kenapa anjing punya naluri kayak gitu?" Eko mulai berpikir, namun pertanyaan itu membuatnya sangat bingung. "Hmm... Kakak jawab! Eko bingung," ucapnya. "Haha. Anjing punya naluri menjaga pemiliknya karena mereka menganggap pemiliknya itu kawan atau pemimpin mereka. Kayak kelompok serigala di film yang kamu tonton. Terus anjing juga tahu, kalo pemiliknya terluka, nanti mereka nggak dapat makanan, dong!," jelas Logi. Setelah mendengar penjelasan kakaknya, Eko berubah pikiran. Ia tak lagi menganggap bahwa harimau itu jahat. Sekarang, Eko justru merasa bersalah karena telah menganggap mereka jahat. Namun, ia juga merasa puas atas penjelasan kakaknya. "Makasih, Kakak!," ucap Eko kepada Logi sambil tersenyum lebar. End.
Hewan Jahat?
1

Writers
SigmaSigma Juga
Publish Date
7/9/2025

0 Comment

Log in to add comment